21.4.15
Di dunia yang fana ini harusnya aku tau bahwa kepercayaan seharusnya tidak mudah diberikan, harusnya aku tau kesempatan keseratus tidak ada dalam kamus, harusnya tidak berlebihan menyayangi sesuatu, harusnya tidak menggantungkan kebahagiaan dan harusnya tidak berharap setinggi itu pada individu lain.
Kedengarannya seperti menyesal, ya?
Tidak se-menyesal itu kok hanya meneguhkan diri untuk tidak lagi bodoh dan harus belajar dari apa-apa yang belakangan ini menghancurkan diri sendiri.
Entah aku ingin mati rasa saja tentang hal itu. Sekelebat hal yang aku ingat adalah; satu tenggang waktu yang sangat bahagia selalu harus kubayar dengan berpuluh-puluh sakit hati. Transaksi macam apa itu?
Ya Allah, hanya kepada-Mu aku meminta. Kali ini tolong kuatkan atas apa-apa yang akan terjadi kedepannya. Seperih dan sesulit apapun cobaan-Mu. Aku hanya ingin bahagia.
Ya Allah, hanya kepada-Mu aku meminta. Kali ini tolong kuatkan atas apa-apa yang akan terjadi kedepannya. Seperih dan sesulit apapun cobaan-Mu. Aku hanya ingin bahagia.
18.4.15
7.4.15
Satu hal yang aku minta
Aku tidak tau apa sifat mudah percaya terhadap seseorang adalah suatu hal yang bodoh atau manusiawi. Namun yang aku tau, satu sifat inilah yang selalu menjerumuskan aku pada hal yang menghancurkan diri sendiri.
Kenapa? Karena dengan kepercayaan tehadap seseorang berarti kamu menaruh harapan terhadap orang tersebut; untuk menjaga kepercayaan yang kamu berikan. Dan saat dia menghancurkan kepercayaan tersebut? Kadang kamu mengijinkan dia untuk menghancurkan diri kamu sendiri.
Entah sudah beberapa kali aku terperangkap seperti ini. Percaya - kecewa - menyembuhkan luka sendiri - dibuat percaya lagi dan berulang-ulang seperti itu. Aku yang selalu dibuat percaya dan dia yang selalu membuat percaya ternyata terkemas dalam satu alasan yang sama. Ya, satu kata krusial itu katanya. Tapi jika terus menerus dikikis dan dihancurkan seperti ini, apakah itu rasional?
Ketika semua sudah hancur, disela kamu bebenah keping per-keping, dia biarkan kamu melihat laku lampah yang tidak sesuai dengan kata yang sempat terucap. Kemudian ada masa dimana kamu menghancur dan menghancur sampai hilang bentuk.
Dimata dia mungkin itu semua wajar. Tapi aku belum bisa melihat yang seperti itu; Dia yang saat ada disini masih merasa tidak enak untuk dilihat bersamaku, sedangkan saat bersamanya jalan kesana kemari seperti tidak peduli bahwa akan ada luka jika terlihat olehku. Jadi satu hal yang aku minta, tolong jangan tunjukkan laku lampah yang belum dapat aku terima di depan bola mataku. Jika memang ingin seperti itu, lakukan jauh di belakangku. Karena semuanya terlalu perih.
Langganan:
Postingan (Atom)