30.10.14

Lagi dan lagi

Aku tahu, sudah dua bulan absen dari blog ini. Ya, beberapa bulan kemarin dunia maya kalah indah dibanding dunia nyata. Beberapa bulan kemarin aku sedang berada di atas roda. Menjalani setiap harinya dengan semua warna kecuali hitam. Setidaknya itu yang aku rasakan, bahagia.

Tapi mulai hari ini, sepertinya aku akan kembali menulis di blog ini. Karena dunia nyata tidak bekerja sesuai yang aku inginkan. Maaf blog, kamu harus aku jadikan pelarian ketika aku sedang di bawah roda. Karena aku tidak tahu lagi kemana aku harus mengadu. Mungkin teman-temanku sudah bosan mendengar cerita seperti ini. Mungkin teman-temanku sudah bosan memberi saran yang akhirnya tidak pernah aku dengar. Mungkin teman-temanku sudah bosan melihat muka jelekku ketika air mata itu jatuh terus menerus. Lagian aku juga sudah malu sama teman-temanku kalau terus menerus cerita masalah ini, kalau terus menerus cerita bahwa aku jatuh lagi ke lubang yang sama. Aku jadi berpikir, apa mereka masih mau menghapus air-air di mataku? Syukur-syukur masih mau mendengar ceritaku. Ya, aku kira seperti itu. 

Bicara soal kamu blog, yang selalu aku jadikan pelarian. Aku pikir itu yang sedang aku rasakan. 

Awalnya aku bisa menerima kalau dia pergi dengan alasan yang seperti itu.
Tapi kenapa akhir2 ini alasannya semakin memudar? Dia tidak bohong kan, blog?

Awalnya aku masih tenang karena walaupun keadaan seperti ini, dia akan selalu ada.
Tapi kenapa akhir2 ini bayangannya semakin menjauh? Dia tidak bohong kan, blog?

Awalnya aku percaya dia tidak akan kembali kepada sesuatu yang selalu dia tepis.
Tapi kenapa akhir2 ini tandanya semakin jelas? Dia tidak bohong kan, blog?

Haha dipikir2 ngapain aku nanya ke kamu ya, blog. Toh, tidak akan terjawab. Tapi untuk nanya langsung, aku terlalu takut akan jawabannya.

Aku sadar, aku menyesal karena diriku sendiri. Aku hanya merasa aku menyia-nyiakan kesempatan. Ketika dia bersamaku, mungkin usahaku untuk jadi yang terbaik untuknya kurang? Yang aku bisa hanya lebih meyakinkan dia kalau aku tidak bisa menjadi rumah untuk dia. Apa ini memang takdir? Untuk selalu dijadikan pelarian? Untuk selalu dijadikan pilihan? Ah, sejahat itu ya semesta?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar