29.11.13

Rakor OSIS MPK 2013

 Udah ah post-post cizi-nya. Sekarang mau lapor kegiatan gue bulan ini ah! Hehe

Ya mau bilang makasih dulu buat bintang-bintang Jumat malam yang ngasih sedikit kebebasan sebelum pupil mata gue dikacaukan oleh lembaran-lembaran kertas yang membuat sistem saraf gue memerintahkan saraf motorik tangan gue untuk menggoreskan pensilnya di lembar jawaban UAS. Fyuh. Btw, BESOK LIBUR! Yeeeeesh.

Jadi, ini tentang keluarga kedua gue. Yap, MPK! Hari Senin kemaren, berarti tanggal berapa tuh yaaa, kita abis ngadain acara pertama kita yaitu Rakor OSIS MPK 2013! Tujuan dan uraian kegiatannya mah udah tau kaaan pastinya, yang belum tau, ya pokoknya gitu deh haha ngeselin. 

Dengan tanggung jawab gue yang lebih besar dari tahun kemaren, insyaAllah kami MPK khususnya DPK dan khususnya komisi A bisa lebih baik lagi dalam mengawasi OSIS-nya dan yap! That's why rakor ini ada. Sebagai media juga untuk OSIS Manuver dan MPK Navigasi untuk lebih kenal dengan pengawas ataupun yang diawasinya sebagai partner kerja setahun ke depan. 

Berikut dokumentasinya.



sama ketua DPK!


OSIS


 Yap, begitu aja deh. Terakhir, yang lebih personal, semoga gue bisa membuat komisi A menjalankan tugas dengan sebaik-baiknya, aamiin!

Dan ohya, hari ini kita baru aja ngejalanin acara insidentil komisi A! Yaitu rakor akbar organisasi ekskul 2013 loh. Alhamdulillah sukses dan gue akan melaporkannya kalo fotonya udah ada ya biar seru haha selamat malam!


Tentang Asa?

  
Asa. Hah, abstrak.

Asa ke-1
Untuk asa yang satu ini. Saya saja belum mantap benar apa memang sebenar-benarnya saya untuk bidang itu? Karena untuk mencapainya, perlu kerja keras yang mungkin tidak dapat terputus, tidak dapat hanya sekedar lari di tempat namun harus selalu lari pada jalur yang tersediakan. Sedangkan saya, selalu merasa berada di belakang. Padahal menurut saya, usaha saya sudah cukup besar namun selalu terasa tidak cukup, ya tidak cukup. Medan terlalu berat mungkin karena saya dikelilingi oleh yang selalu terdepan. Apa karena saya yang sudah memutuskan asa duluan? Atau usaha saya yang memang kurang? 

Asa ke-2
Untuk asa yang satu ini. Bingung sendiri sama urusan ini. Apa yang sebenar-benarnya saya mau, apa sebenarnya orientasi saya. Melakukan ini, menyesal, melakukan itu, menyesal. Kenapa ya saya selalu merasa yang paling salah. Menata penyesalan. Bukan sesuatu yang mudah dan sulit karena terperangkap di segala kata kerja kedua adalah suatu yang bukan spesialis saya. Tapi menentukan pilihan? Selalu yang saya coba tegaskan pada diri saya sendiri untuk segera menentukan pilihan sebelum terlambat (lagi).

Dan ....untuk urusan ini saya sudah punya pilihan. Pilihan yang dipersimpangannya bertemu lagi dengan asa. Tapi entahlah, untuk asa di urusan ini, saya tidak mencoba berusaha untuk menyentuhnya, apalagi menggenggamnya. Karena asa itu dingin, seperti cermin berembun yang dibiarkan saat musim salju. Karena saya bahkan tidak berbayang, walaupun berjalan tengah hari di tengah panasnya gurun pasir. Hanya seperti mengikuti segala alur sungai yang mengalir, hanya seperti kucing jalanan yang terus duduk menunggu makan. Saya diam, hanya menunggu dan mengikuti alur hidup saya setiap harinya. 

Pilihan ini beresiko. Selalu terasa bahwa asa itu hampir putus -lagi, karena pernah beberapa kali putus dan pula beberapa kali saya perintahkan untuk berformasi lagi. Saat ada beribu alasan untuk asa tersebut terputus, saya selalu menemukan dua alasan untuk tetap disini. Satu, semangat saya. Dua, alasan saya untuk tersenyum. Ya, mungkin memang se-sepele itu.

Dua perspektif;

Tentang asa yang ber-usaha? Tetap optimis dan usaha tanpa terputus untuk mencapai asa tersebut. Kepuasan lahiriyah dan batiniyah untuk mencapai suatu asa yang positif dan sudah diimpi-impikan, yang selalu ada di benak kita setiap berkhayal? Tetapi tetap harus ingat. Sebesar apapun usaha kita, jika memang itu bukan takdir kita, Yang Di Atas Sana pasti sudah merancang sebaik-baiknya. Jika asa yang kita rancang tidak tercapai, siapa tahu rancangan Dia jauh lebih bagus walaupun tidak pernah terpikirkan oleh kita, kan? :)

Tentang asa yang tidak ber-usaha? Toh usaha saja tidak tau saya harus mulai darimana kalau bayangan saya saja tidak dapat diterima oleh retina matanya. Semuanya akan nihil, kan? Jadi lebih baik disini, di tempat yang jauh. Walaupun jika nanti pada akhirnya mungkin sama sekali tidak tersentuh, mungkin memang takdir, jadi ya sudahlah. Karena mungkin bukan berarti tidak mungkin, kan? :)


"...karena pada akhirnya akan ada hal yang memang ditakdirkan untuk tidak tersampaikan."
- short movie "Sewindu" XI IPA 7 Jangkar Bahtera-

20.11.13

Jika & Hanya Jika

Tahun ini, hari ke-dua puluh bulan ke-sebelas.
Dua tahun kemarin, hari ke-dua puluh bulan ke-sebelas juga.

Memendam selama itu bukan suatu yang mudah, namun pula bukan suatu yang sulit. Awalnya hanya secuil mengagumi kemudian berubah menjadi harapan yang berujung pada mimpi.

Beberapa tahun menjadi rahasia umum, saya pada dia. Dia? Tidak ada yang tahu.
Kaku dan dingin dan tertutup namun menyenangkan, saya kira.

Semuanya berubah, saya dan dia semakin dewasa.
Saat dia mulai memudar dari pandangan saya, dia.... datang.
Berawal dari media sosial ber-ikon ungu dengan satu emotikon, kami memulai.
Untungnya sesuatu itu masih tersisa di saya.

Satu minggu pagi yang cerah, satu sepeda bersandar di tembok rumah saya.
Pemiliknya meminta saya untuk keluar rumah, menemui dia.
Begitu cepat, namun begitu lama.
Kami memulai sebenar-benarnya. Saya, dia menjadi k a m i.

Dia, tidak dapat dideskripsikan. Nyaman, tenang, sabar ya mungkin itu salah satu kata dari banyak sekali kata yang dapat saya gambarkan.
Namun, begitu saja. Hanya seumur jagung. Diakhiri, karena saya. 
Saya yang kurang jelas kenapa.Saya yang kurang jelas ada apa.

Disini ada penyesalan. Bukan penyesalan seperti itu.
Saya hanya.... merasa jahat. Sangat jahat.
Saya juga.... merasa telah menyia-nyiakan, sesuatu yang seharusnya berharga untuk diperjuangkan.

Mungkin maaf? Untuk dahulu, sekarang dan nanti.
Saya takut... kata banyak orang akan menjadi benar.



Ah, tidak.

19.11.13


I've been spending the last 8 months
Thinking all love ever does
Is break and burn and end
But on a Wednesday in a cafe
I watched it begin again

18.11.13



 Love is about happy with them or happy for them 
 If that feeling stops, then it ain't love. 

- JAZ -


Keluarga Baru




Perkenalkan semuanya, yang di atas sana adalah keluarga baru saya. Yang nantinya akan mengarahkan sekolah kita tercinta ini menjadi lebih baik dengan tugas-tugas pokok dan acara-acara kami yang insyaAllah akan selalu bermanfaat baik bagi intern dan ekstern di setiap kegiatannya.

Setelah melewati satu kegiatan yang bernama regenerasi, tempat kami menyiapkan segala-galanya, tempat kami 'membuat' bekal untuk nantinya, akhirnya kami resmi. Kami resmi untuk Smansa. Kami resmi untuk bertugas. Dan... foto di atas itu adalah kami, kami yang satu suara, satu saudara, satu jiwa. Dan tentunya... satu keluarga.

Saya, dan 17 orang keluarga satu angkatan saya lainnya; yang biasa kami sebut Ridix, bukan masanya lagi untuk diayomi, dibimbing, serta seluruh prefiks di- lainnya tapi untuk tahun kedua kami ini, waktunya kami untuk mengayomi, membimbing, serta pula seluruh prefiks me- lainnya. Banyak yang bilang tahun kedua adalah tahunnya 'kita'. Saya percaya, kami siap dan kami bisa. Saya percaya itu karena saya sedang berada di antara orang-orang hebat. Keluarga yang selalu saya banggakan.

Untuk yang terdahulu mengayomi dan membimbing saya, saya ucapkan terimakasih dan maaf. Untuk segalanya. Terutama untuk pelajaran kekeluargaan yang tidak pernah saya dapatkan dimanapun kecuali disini. Terkadang sering berpikir betapa beruntungnya saya dapat menjadi salah satu dari anggota keluarga ini. Tidak menyesal dan tidak akan pernah menyesal. Untuk 18 kaka tersayang bagi saya, mungkin doa yang hanya bisa saya berikan untuk tahun ketiga kalian, untuk lulus dan lolosnya kalian. Semangat dari kami. Terimakasih sekali lagi. Kalian tidak akan pernah terganti. Salam sayang.

Untuk yang sekarang diayomi dan dibimbing kami, saya ucapkan semoga kita dapat nyaman, satu sama lain. Karena rasa itulah awal dari segalanya. Bohong jika saya tidak selalu mencoba untuk nyaman sejak beberapa minggu yang lalu. Saya, ingin kita semua merasakan rasa nyaman itu sehingga untuk semua yang akan terjadi satu tahun ke depan, kita akan selalu ingat kalau kita punya satu sama lain. Untuk saling peduli, menolong, membantu. Selalu semangat di tahun pertama kalian, tahun 'belajar' kalian. Kalian punya kami, kami punya kalian, selalu ingat itu. Salam sayang, dik!

SEMANGAT DAN SELAMAT BERTUGAS, NAVIGASI! <3

- yang selalu sayang Casparian dan Navigasi




14.11.13

Reverse

Saya, bukan mereka yang bisa membuka pintu segampang membalikkan telapak tangan saat ada yang mengetuknya. Karena memang dari peristiwa-peristiwa yang pernah saya alami, saya juga belajar agar semua pahit tidak terulang lagi. Maka dari itu setiap ada yang 'mengetuk pintu', saya selalu berusaha tidak langsung membukanya namun sedikit 'mengintrogasinya' dari segala sisi. 

Senang mendengarnya saat ada kabar burung bahwa ada yang menjaga kita tanpa menjaga kita. Mencurahkan perhatiannya hanya dibalik tembok atau hanya melalui sudut matanya. Memperhatikan namun tidak butuh diperhatikan. Membuat ukiran wajah kita di atas kanvas. Bersenandung merdu untuk kita di tengah keramaian saat kita tidak ada di matanya. Menanyakan kabar kita pada yang lain tanpa ingin diketahui. Dan mengetahui setiap hal kecil yang terjadi pada kita.

Sampai akhirnya memberanikan diri agar secercah interaksi terjadi. Bersemu pipi, berdebar hati, membeku darah. Ini tidak biasa. Tidak biasa. Kenapa tiga hal tersebut terjadi. Hanya sepersekian bagian dari saya yang tau.

Namun pintu saya tetaplah pintu saya, sedikit lebih rapuh dari yang lain sehingga tidak dapat dibuka begitu saja. Perlu ada yang memperbaiki agar dapat dibuka. Saat saya rasa bahwa pintu cukup kuat untuk dibuka, keadaan berbalik. Perlahan menghilang, lenyap dan akhirnya ketukan itu tak ada lagi. Terkadang sakit, sakit berjenis menyesal mungkin? Ingin yang lebih abadi, namun setelah mendapat sedikit keyakinan, semua harapan hilang tak berbekas. Mungkin cara saya yang salah? 

Untuk sekarang masih menunggu, tapi untuk satu menit yang akan datang, satu jam yang akan datang, satu hari yang akan datang, satu minggu yang akan datang, satu bulan yang akan datang atau seterusnya, saya tidak tau. Jika kelelahan menjangkit, mungkin saya akan selesai menunggu dan takkan pernah lagi menunggu. Mungkin akan ada selamat tinggal yang tidak dapat tersurat namun hanya bisa tersirat.  

Satu kata, maaf. Untuk dahulu.
Satu kata, maaf. Saya terlambat.