17.11.14

Terlalu sakit

Hai, blog. Hanya sedikit menyempatkan waktu menulis disela-sela sibuknya beberapa waktu ini. Aku sedang kacau, jadi aku pikir dengan menuangkan sedikit beban kesini, biasanya terasa lebih sedikit ringan, kan?

Ya ternyata semuanya benar. Aku juga sudah beberapa kali melihat dengan mata kepalaku sendiri. Haha, sakit ya, melihat orang yang kamu sayang, sayang dan peduli pada orang selain kamu. Sakit juga, melihat orang yang pernah bicara 'sesuatu' yang dapat menenangkan kamu, berlaku tidak sesuai dengan apa yang pernah dia bicarakan pada kamu. Padahal yang aku tau, dia seseorang yang berpandangan luas dan paling berpendirian.

Luka menganga kembali. Rupanya, permukaan tersebut sudah terlalu kebal dengan segala obat yang ditetesi. Sulit mengering. Tapi seiring berjalannya waktu, aku tau lama kelamaan akan tertutup. Aku pasti bisa dan aku harus bisa.

Tapi lagi-lagi merasa bodoh. Merasa semua yang pernah aku lakukan hanyalah sia-sia belaka. Aku tidak pernah bisa menjadi tempat tinggal buat dia. Tidak pernah bisa menjadi  sesuatu yang berharga untuk dia. Tidak pernah menjadi seseorang yang dia syukuri keberadaannya. Tidak pernah menjadi sesuatu yang dia butuhkan. Hanya menjadi sesuatu yang membuat dia sadar bahwa yang namanya hubungan sulit dibina. Hanya menjadi sesuatu yang banyak maunya, berlebihan dan lain-lain.

Tapi aku kecewa kenapa dia menyimpang dari apa yang pernah dia utarakan padaku, ya. Tentang tidak akan pernah kesana lagi. Tentang tidak-mau-berhubungan-dengan-masalah-hati. Tentang tetap akan peduli. Apalagi satu kata yang pernah dia tegaskan di depan aku dan dua teman kami sore itu. Aku bilang dia hanya butuh aku ketika yang disana tidak ada, dia tidak menyanggah malah menengaskan dan menjawab iya sejadi-jadinya. Kecewa, marah, sakit. Entah, aku merasa hebat dapat melewati masa itu tanpa air mata. 

Aku sedang berusaha untuk tidak mengenal dia. Maaf, tapi itu satu-satunya cara yang aku pikir dapat bekerja padaku. Untuk mengobati luka itu. Untuk menutup semua kenangan yang terlalu indah yang pernah kami lewati bersama. Walaupun untuk berpapasan dengan dia sulit rasanya untuk tidak melihat matanya. Walaupun untuk berada di dekatnya sulit untuk tidak tersenyum. Walaupun untuk berada jauh darinya sulit untuk tidak memikirkannya. Tapi biarkan aku mencoba.

P.s: aku sedih melihat dia yang semangat belajarnya menurun, aku juga sedih melihat sesuatu yang pernah dia selipkan di jari-jari tangannya. Semoga dikurangi dan tidak lama-lama seperti ini ya, sayang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar