28.3.15

Kesekian kalinya

Sore hari di dataran tinggi ini. Tenggelam ditelan angin. Sendiri bersama sepi; satu hal yang kamu tinggalkan terakhir untukku disamping kenangan.

Halo yang disana, berpisah lagi ya kita? Ya, berpisah. Satu kata yang aku hindari semenjak terakhir kali aku bukakan pintu untukmu. 

Seharusnya aku tau akhirnya akan seperti ini karena semenjak dahulu, aku hanya perempuan yang tidak pernah cukup untukmu walaupun aku selalu memberikan yang terbaik untukmu--ya, setidaknya menurutku aku sudah memberikan yang terbaik. Aku hanya perempuan yang selalu membuatmu pergi dan pergi. Aku hanya perempuan yang selalu membuatmu sadar bahwa menjalani hidup sendiri akan jauh lebih menarik. Aku hanya perempuan yang banyak maunya. Aku hanya perempuan yang terlalu takut kehilanganmu, hanya perempuan yang terlalu sayang akan semua tentangmu.

Terlalu banyak yang kita ciptakan beberapa waktu ini. Terlalu banyak semua hal yang serba-pertama-kali untukku yang telah kamu beri. Semuanya terlalu indah. Jika kamu pikir kamu bisa digantikan oleh teman-temanku yang kamu sebutkan itu? Tidak, tidak semudah itu. Kamu spesial. 

Tapi aku akan berusaha bahagia untukmu. Jika kamu bisa lebih bahagia tanpa aku di sisimu, kenapa harus aku memaksakan keinginanku untuk bersamamu? Aku tidak seegois itu, kok. Doakan aku untuk bisa sebahagia itu, ya.

Satu hal yang perlu kamu tau lagi. Aku senang pernah membantumu dalam beberapa hal. Aku senang pernah menjadi sesuatu yang kamu ingat. Aku senang pernah ada di sisimu, menemani pagimu, siangmu, soremu dan malammu. Tidak pernah sedikit pun aku menyesal pernah sedekat nadi denganmu. Terimakasih Tuhan, pernah mempertemukanku dengan kamu, Lid.

Selamat tinggal,
Aku yakin hari-harimu akan lebih bahagia
Selamat menjadi olid yang lebih baik,
Belajar jangan lupa ya, sebentar lagi kita UN.

Doakan aku yang masih berlarut dalam kesedihan ini, doakan aku yang masih membiasakan diri untuk tidak ketergantungan dengan semuanya tentangmu ya, sayang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar