17.12.12

Kisah setengah nyata.

Ya, ini bukan puisi. Melainkan prosa. Kisah ini adalah kisah setengah nyata tentang cerita hidupku hari ini. Tentang hebatnya hari ini. Tentang bagaimana hal kecil darimu bisa membuat 'hari' ku. Hari yang selalu aku inginkan setiap harinya. Walaupun cerita ini tidak seutuhnya terjadi, melainkan hanya diadaptasi beberapa halnya.

***

Acara tahunan itu berlangsung di lain tempat dengan setahun kemarin, tahunku, tahun kami, tahun kita. Kurang lebih bagus tempatnya dari tahun kemarin dan lebih jauh di segi jarak dari sekolahku yang sekarang. Namun, dengan bermodal penasaran melihat penampilan mereka dan perasaan 'siapa tau kamu ada disana' membuat kakiku melangkah juga mencari gedung yang mereka maksud walau cuman sendiri. 

Sampai disana, terasa janggal. "Kenapa semua murid putih biru ada di luar gedung?" Pikiran 'mungkin acaranya sudah selesai' pun menghantui. Taunya, temanku menghampiri dan ternyata acara tersebut belum selesai. Hanya sedang ada jeda sedikit karena kelas ketiga selesai memberikan penampilannya, sekarang giliran satu kelas lagi, kelas keempat. "Ah, aku telat. Cuman bisa nonton satu kelas", ucapku. 

Dengan kecewa, aku melangkahkan kaki ke dalam gedung. Cukup penuh isi gedung ini. Banyak adik kelas yang sedang menonton juga. Terlihat banyak teman-teman terdahulu yang sedang berada di barisan depan menonton penampilan mereka. Dikerumunannya, ada sesosok orang yang tidak asing lagi buatku. Memang semuanya tidak asing. Tapi, kamu yang paling berbeda di mataku. Orang yang dulu bertukar cerita kehidupan denganku setiap harinya. Yang dulu menemani di setiap gelak tawa dan candaku. Yang dulu menemani saat keluh kesahku tidak bisa terbendung lagi. Ya, dulu.

"Ngapain kesini lu? hahaha", begitu ucapmu dengan terselip candaan ringan saat mata kita saling bertemu. Candamu masih seperti dulu, tidak berubah. Membuat desir angin dengan tidak sengaja membuka lembaran lama. Dan terbentuklah lengkungan di bibirku. Ya, aku tersenyum. Hanya dengan beberapa patah kata disertai senyum yang kau lemparkan bisa membuat suasana hatiku juga menjadi selalu ingin tersenyum. Aneh.

"Apasiiih", aku melewati kamu dan duduk di serong depanmu bersama temanku yang lain. hanya satu kata itu yang dapat ku lontarkan untuk membalas sapaanmu. Tidak bisa berkata apa-apa lagi. Akibat senang yang membludak keluar karena sudah lama sekali rasanya tidak mendengar candamu. Semenjak kamu datang, menghilang, data, menghilang sampai akhirnya benar-benar menghilang. Semenjak dipisahkan oleh jarak. Oleh kenyataan yang memang harus diterima. Ya, tidak dalam satu lingkungan lagi dalam menjalani kehidupan di seragam putih abu ini.

Dengan konsentrasi yang kurang aku menonton penampilan mereka. Sesekali pupil mataku bergerak menuju ujung mata. Melihat gerak gerikmu membuatku senang. Senang akhirnya bisa melihatmu lagi. Dan pada suatu saat dengan refleks leherku membawa mataku menengok ke arah kanan dan....mata kita bertemu lagi. Kontan aku mensugestikan leherku untuk menghadap ke depan lagi. Hingga saat itu, leherku tidak berani lagi hanya pupilku yang masih sesekali mencuri-curi kesempatan untuk pindah ke ujung mata. 

Tidak betah dengan hawa panas yang menyelimuti di ruangan itu, aku dan seorang temanku pun keluar sebentar. Mencari udara, juga makanan. Karena terlalu malas untuk kembali ke tempat semula, aku dan temanku duduk di bangku-bangku dekat pintu gedung bersama teman-teman yang lain. Menyaksikan kamu dari belakang dan dari arah lebih jauh juga tidak masalah, kok. Selagi tidak kehilangan kamu di bola mataku.

Ketika pandangan mataku sedang ke arah punggungmu, kamu dan temanmu berdiri. Membawa tas. Terbesit dipikiranku kalau kamu mau pulang. Ah, benar kamu menuju arah pintu dan keluar. Sedih juga rasanya hanya hitungan menit dapat melihatmu lagi setelah waktu yang cukup lama. Dengan perasaan kecewa aku mencoba fokus kepada penampilan di atas panggung.

Beberapa menit kemudian, kamu hadir lagi bersama temanmu. Terlihat temanmu membawa sebotol pepsi. Ternyata hanya ke supermarket sebelah gedung. Ah, rasa senang itu muncul lagi. Dan oh! Kamu tidak menuju ke tempat semulamu. Melainkan berjalan ke arah ini. Temanmu yang membawa botol pepsi berjalan ke arah ku dan bertukar cerita sebentar kepadaku. Dengan refleks aku meraih botol pepsi temanmu. Hanya dengan kata-kata 'minta bro' tanpa menunggu temanmu mengangguk, aku mengambil botolnya dan meminumnya. Haha tidak tahu malu. 

"Eh itu bukan punya gue!", sahut temanmu sambil senyum-senyum kecil setelah seteguk pepsi melewati kerongkonganku. "HAH?! Punya siapa?", refleks ucapku tanpa dapat mengontrol volume suaraku. "Punya siapa hayoooo!", ucap temanmu dengan nada yang semakin membuat penasaran. "Itu punya gue tauuuu", ucapmu dengan setengah tertawa. Aku kaget dan segera minta maaf. Semua yang ada disitu sepertinya tau kisah kita dulu. Kontan mereka melihatku dan tersenyum mengejek. Hahaha andai saja kamu tau apa yang ada dihatiku. Kesal sekaligus senang. Perasaan yang campur aduk. Dan muka yang merah. 

Dari peristiwa itu, aku mendapati kita sedang tenggelam pada percakapan ringan satu sama lain. Lagi-lagi senangnya bisa mendapati moment ini kembali. Setelah berbulan-bulan lamanya kehilangan suaramu, akhirnya kembali juga. Walaupun hanya untuk sementara.

Waktu terus berjalan hingga akhirnya penampilan mereka sudah di penghujung acara. Kamu dan temanmu berdiri. Memberikan salam pamit berupa telapak tangan yang kamu harap dibalas telapak tangan juga. Mulai dari teman di depanku dan sampai terakhir ke tempatku. Samar-samar tersengar suara temanmu "Yang itu juga kasih tos dong" kamu memberikan telapak tanganmu dan berkata "Duluan yaaa...", yang segera aku balas dengan membuka telapak tanganku dan mendaratkannya tepat di telapak tanganmu. Nyaman yang pertama kali kurasakan. Dari ujung mataku, aku bisa melihat temanku dan temanmu saling bertukar pandang dengan bibir yang hampir terbuka lebar dan siap mengeluarkan tawanya. Haaaaaa lagi-lagi mereka begitu, pikirku. Aku tersenyum sebentar dan kamu pergi meninggalkan gedung ini.

Pertemuan singkat ini pun berakhir. Yang bisa aku lakukan hanya berharap agar saat-saat ini terulang kembali. Mungkin besok di hari kedua acara ini. Mungkin kapan-kapan. Ya, mungkin. Pokoknya harapanku kita bisa bertemu lagi dan bertukar cerita kehidupan lagi seperti kurang lebih 2 tahun lalu. Saat semuanya masih berjalan sempurna. Saat semuanya masih indah. Saat semuanya seperti yang kita inginkan.

***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar