4.12.14

Merapuh sejenak

Pertama kalinya lagi sejak sekian lama mencoba menguatkan diri. Tidak sengaja, aku buka topengku lagi sore ini sebelum harus cepat-cepat memakainya dan mencoba bertahan lagi hari esok. 

Berdiam diri di sudut kamar. Menenggelamkan muka tak bertopeng di kedua telapak tangan. Meringis kesakitan sekencang-kencangnya. Menjenggut-jenggut rambut. Menangis sederas-derasnya. Memukul-mukul badan sendiri.

Mungkin aneh, tapi hal seperti itu memang baru terjadi sekali ini sepanjang hidupku. Entah, mungkin komplikasi beban yang sekarang tidak pernah aku bagi kepada orang lain yang membuat aku seperti itu. Salah satunya mungkin beban kecil yang banyak orang sebut-sebut itu cinta.

Aku bingung. Semakin mencoba menyingkirkan hal tersebut dari otakku, semakin menyiksa sakitnya. Melihat dia yang baik-baik saja dengan hubungan kami yang seperti ini, dia yang sudah tidak peduli kepadaku, dia yang kembali memprioritaskan subjek lama, dia yang sudah pergi jauh, dia yang terlihat sangat bahagia. Aku tau secara tidak langsung aku egois karena sedih melihat dia bahagia yang alasannya bukanlah aku dan tidak pernah lagi aku. 

Sudahlah, kalau dia bisa, kenapa aku tidak? Doakan saja kondisi yang seperti ini hanya akan bertahan seumur jagung. Topengku akan kupakai lagi esok hari. Semoga setelah detik ini, aku lebih bisa menguatkan diri, mengontrol diri, dan tidak menggantungkan kebahagiaan pada subjek yang peduli kepadaku saja tidak.

P.s : setiap melihat mukanya, aku sedih karena selalu teringat semua hal indah yang pernah kami lalui bersama lalu sadar kalau hal-hal tersebut tidak dapat terulang lagi. Salam rindu.



"Aku menangis bukan karena cinta berakhir,
tapi karena cinta itu tetap ada
saat seharusnya berakhir."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar