23.1.15


"There comes a time 
when you have to stop crossing oceans 
for people who wouldn't even jump puddles
 for you."

Bukan tidak bisa, hanya tidak mau

Padahal mungkin hanya akan sesaat lagi 
Tapi kenapa aku selalu tidak mau kabur sebelum sakit

Padahal tidak akan pernah menjadi satu-satunya
Tapi kenapa aku tidak mau mundur sebelum luka

Padahal mungkin tidak akan seindah dulu
Tapi kenapa aku tetap selalu nyaman atas semuanya

Padahal mungkin akan berakhir seperti kisah yang dulu
Tapi kenapa aku tetap disini

Padahal sahabat-sahabatku sudah mencaci maki aku
Tapi kenapa satu kata mereka pun tidak mau aku dengarkan

Padahal beberapa orang datang mengisi kekosongan
Tiap-tiap mereka bilang dengan inti yang sama
"Gue cuman mau buktiin kalo lu yang merasa useless untuk dia, untuk seseorang yang lain... lu itu worth it"
Tapi kenapa ketika dia datang, aku meninggalkan mereka


-----

Jangan datang dan pergi
Aku jadi tidak paham harus memperlakukanmu seperti apa
Aku tau kamu tau rasa ini belum hilang
Dan aku tau kamu bisa menghargainya
Jadi, kamu bisa menjawab pertanyaan ini; Apa ini semua mengantarkan ku kepada kekecewaan yang lebih dalam atau kebahagiaan yang lebih indah?


4.12.14

Merapuh sejenak

Pertama kalinya lagi sejak sekian lama mencoba menguatkan diri. Tidak sengaja, aku buka topengku lagi sore ini sebelum harus cepat-cepat memakainya dan mencoba bertahan lagi hari esok. 

Berdiam diri di sudut kamar. Menenggelamkan muka tak bertopeng di kedua telapak tangan. Meringis kesakitan sekencang-kencangnya. Menjenggut-jenggut rambut. Menangis sederas-derasnya. Memukul-mukul badan sendiri.

Mungkin aneh, tapi hal seperti itu memang baru terjadi sekali ini sepanjang hidupku. Entah, mungkin komplikasi beban yang sekarang tidak pernah aku bagi kepada orang lain yang membuat aku seperti itu. Salah satunya mungkin beban kecil yang banyak orang sebut-sebut itu cinta.

Aku bingung. Semakin mencoba menyingkirkan hal tersebut dari otakku, semakin menyiksa sakitnya. Melihat dia yang baik-baik saja dengan hubungan kami yang seperti ini, dia yang sudah tidak peduli kepadaku, dia yang kembali memprioritaskan subjek lama, dia yang sudah pergi jauh, dia yang terlihat sangat bahagia. Aku tau secara tidak langsung aku egois karena sedih melihat dia bahagia yang alasannya bukanlah aku dan tidak pernah lagi aku. 

Sudahlah, kalau dia bisa, kenapa aku tidak? Doakan saja kondisi yang seperti ini hanya akan bertahan seumur jagung. Topengku akan kupakai lagi esok hari. Semoga setelah detik ini, aku lebih bisa menguatkan diri, mengontrol diri, dan tidak menggantungkan kebahagiaan pada subjek yang peduli kepadaku saja tidak.

P.s : setiap melihat mukanya, aku sedih karena selalu teringat semua hal indah yang pernah kami lalui bersama lalu sadar kalau hal-hal tersebut tidak dapat terulang lagi. Salam rindu.



"Aku menangis bukan karena cinta berakhir,
tapi karena cinta itu tetap ada
saat seharusnya berakhir."

25.11.14

For all the things that you saidFor all the lines that we playedFor all the very best datesHow could you do this to me

The things we did to stay saneThe walks we had in the rainThe places we used to hangHow could you do this to me
For all the love that we shareFor all the times that we blendFor all the path we walk downHow could you do this to me

Oh wellLook at me now I’m falling in piecesI don’t know what to do nowI’m lost within this fire

20.11.14

Kusimpan masa demi masaTak mudah 'tuk terlupaSaat kau masih disisiHingga saat kau dengannyaKadang ku menangis

Tataplah diriku di siniMasih seperti yang duluKutemui kaupun kembali'tuk bersamaku lagiAkupun mengerti

Satu yang tak bisa lepasPercayalah hanya kauYang mampu mencuri hatikuAkupun tak mengerti

Satu yang tak bisa lepasBawalah kembali jiwa yang lukaDan perasaan yang lemah iniMenyentuh sendiriku

17.11.14

Terlalu sakit

Hai, blog. Hanya sedikit menyempatkan waktu menulis disela-sela sibuknya beberapa waktu ini. Aku sedang kacau, jadi aku pikir dengan menuangkan sedikit beban kesini, biasanya terasa lebih sedikit ringan, kan?

Ya ternyata semuanya benar. Aku juga sudah beberapa kali melihat dengan mata kepalaku sendiri. Haha, sakit ya, melihat orang yang kamu sayang, sayang dan peduli pada orang selain kamu. Sakit juga, melihat orang yang pernah bicara 'sesuatu' yang dapat menenangkan kamu, berlaku tidak sesuai dengan apa yang pernah dia bicarakan pada kamu. Padahal yang aku tau, dia seseorang yang berpandangan luas dan paling berpendirian.

Luka menganga kembali. Rupanya, permukaan tersebut sudah terlalu kebal dengan segala obat yang ditetesi. Sulit mengering. Tapi seiring berjalannya waktu, aku tau lama kelamaan akan tertutup. Aku pasti bisa dan aku harus bisa.

Tapi lagi-lagi merasa bodoh. Merasa semua yang pernah aku lakukan hanyalah sia-sia belaka. Aku tidak pernah bisa menjadi tempat tinggal buat dia. Tidak pernah bisa menjadi  sesuatu yang berharga untuk dia. Tidak pernah menjadi seseorang yang dia syukuri keberadaannya. Tidak pernah menjadi sesuatu yang dia butuhkan. Hanya menjadi sesuatu yang membuat dia sadar bahwa yang namanya hubungan sulit dibina. Hanya menjadi sesuatu yang banyak maunya, berlebihan dan lain-lain.

Tapi aku kecewa kenapa dia menyimpang dari apa yang pernah dia utarakan padaku, ya. Tentang tidak akan pernah kesana lagi. Tentang tidak-mau-berhubungan-dengan-masalah-hati. Tentang tetap akan peduli. Apalagi satu kata yang pernah dia tegaskan di depan aku dan dua teman kami sore itu. Aku bilang dia hanya butuh aku ketika yang disana tidak ada, dia tidak menyanggah malah menengaskan dan menjawab iya sejadi-jadinya. Kecewa, marah, sakit. Entah, aku merasa hebat dapat melewati masa itu tanpa air mata. 

Aku sedang berusaha untuk tidak mengenal dia. Maaf, tapi itu satu-satunya cara yang aku pikir dapat bekerja padaku. Untuk mengobati luka itu. Untuk menutup semua kenangan yang terlalu indah yang pernah kami lewati bersama. Walaupun untuk berpapasan dengan dia sulit rasanya untuk tidak melihat matanya. Walaupun untuk berada di dekatnya sulit untuk tidak tersenyum. Walaupun untuk berada jauh darinya sulit untuk tidak memikirkannya. Tapi biarkan aku mencoba.

P.s: aku sedih melihat dia yang semangat belajarnya menurun, aku juga sedih melihat sesuatu yang pernah dia selipkan di jari-jari tangannya. Semoga dikurangi dan tidak lama-lama seperti ini ya, sayang.